Kamis, 10 Januari 2013

Pacaran juga bisa berprestasi

                                                      ( Manusia dan Cinta Kasih )
 
       Cinta adalah sebuah bahasa kalbu dimana sepasang kekasih merajut kasih dan sayang dalam satu ikatan kekasih.  Dalam berpacaran bukan berarti kita tidak bisa berprestasi dimana ada kemauan pasti semua akan terjadi, seperti halnya kisah dibawah ini....

 
       Alan Budi Kusuma dan Susy Susanti selalu dianggap sebagai pasangan ideal sejak keduanya meraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992. Namun pada awalnya, mereka harus menyembunyikan hubungan ini.


       Oleh karena itulah, kecintaan Alan Budikusuma (42) dan Susy Susanti (39) pada bulu tangkis tak pernah berhenti. Alan yang menghabiskan sebagian besar kariernya bersama PB Djarum sejak 1986 hingga pensiun tahun 1997 tetap memerhatikan perkembangan dunia bulu tangkis. ”Idealnya, pembinaan ini melibatkan pemerintah, terutama untuk soal dana. Sulit jika mengharap swasta terus-menerus. Djarum merupakan salah satu klub yang konsisten dalam pembinaan. Kontribusinya luar biasa,” ujar Alan.

       Sementara itu, Susy yang sejak SMP sudah memutuskan untuk serius di bulu tangkis juga mempunyai harapan terhadap munculnya bibit-bibit potensial jika para atlet dibina secara benar dan serius. Berkaitan dengan hari kasih sayang, bagi mereka, kasih sayang tak harus diperlihatkan pada hari Valentine yang jatuh pada 14 Februari. Mereka yang sudah menikah sejak 1997 ini menilai, ungkapan atau bentuk kasih sayang lebih memiliki makna justru pada keseharian. “Kami memang jarang merayakan secara spesial Hari Kasih Sayang atau Valentine. Soalnya menurut kami, kasih sayang itu harus selalu ditunjukkan dan diberikan setiap hari, sepanjang tahun,” kata Alan.
 
       Mungkin banyak orang tak mengira bahwa perjalanan cinta Alan-Susy yang berujung pada pernikahan ini berjalan mulus sejak awal. Menurut Alan, mereka banyak menemui kesulitan saat awal menjalin hubungan di pertengahan tahun 1980-an. “Ketika itu kami baru masuk ke pelatnas. Kondisi pelatnas tidak sebebas seperti sekarang. Pelatih sering kali mendoktrin kami kalau pacaran akan membuat prestasi terhambat. Padahal kan tidak selalu seperti itu. Tak cuma pelatih, orangtua kami pun akhirnya memiliki pandangan serupa,” kata Alan.

 
       ”Makanya sejak dulu kami tidak punya tradisi merayakan hari Valentine secara khusus. Bagaimana mau merayakan? Kehidupan di asrama tidak memungkinkan kami untuk melakukan hal itu. Lagi pula, kebetulan kami sama-sama bukan orang yang romantis,” tambah Susy. 

 
       Kisah cinta Alan-Susy dimulai ketika mereka masuk ke pelatnas pada tahun 1985. Ketika itu, lantaran banyaknya hambatan, mereka berpacaran secara diam-diam alias backstreet. ”Ketika itu, kalau kami kalah, langsung ada anggapan kami kalah karena kebanyakan pacaran. Padahal hal itu kan tidak sesuai konteks. Kami kalah karena misalnya kurang persiapan,” tutur Alan.


       Meski pada saat awal pacaran mereka berjalan secara backstreet, Alan dan Susy tetap bisa menunjukkan bentuk perhatian dan kasih sayang. ”Kami selalu saling support satu sama lain. Contoh kecilnya, kalau Alan mendapat giliran latihan malam, saya menyiapkan air panas untuk dia mandi,” kenang Susy.

       Ketika itu, para atlet pelatnas masih berlatih di kawasan Senayan. Jumlah lapangan yang belum banyak membuat mereka harus berlatih secara bergiliran. Tak heran jika selalu ada yang mendapat giliran berlatih hingga malam hari. Perhatian yang lebih kurang mirip juga dilakukan Alan terhadap Susy. ”Kalau giliran Susy yang latihan malam, saat pulang biasanya saya jemput,” kata Alan.
 
      Untuk membuktikan bahwa hubungan yang mereka jalin tidak menimbulkan efek negatif, Alan dan Susy bertekad untuk memberi bukti berupa prestasi. ”Ya harus dengan prestasi. Tanpa menunjukkan prestasi, tentu sulit bagi kami untuk mendapatkan restu, baik dari pelatih maupun dari orangtua masing-masing,” urai Alan.


       Prestasi puncak Alan dan Susy adalah ketika mereka menyabet medali emas nomor tunggal putra dan putri Olimpiade Barcelona 1992. Prestasi itu begitu fenomenal dan tak akan terlupakan karena medali tersebut adalah emas pertama yang diraih Indonesia di kancah olimpiade. Hingga saat ini, belum pernah ada yang menyamai prestasi mereka sebagai pasangan yang merebut medali emas dan dijuluki pasangan emas olimpiade.

       Kini setelah menikah, pasangan ini tetap menunjukkan perasaan dan kasih sayang dengan cara yang lain. Kasih sayang mereka kini juga dilimpahkan pada tiga buah hati, Laurencia Averina (11), Albertus Edward (9), dan Sebastianus Fredrik (6).

       ”Kami bersama membesarkan anak-anak. Itu juga bentuk komitmen dan kasih sayang kami,” kata Alan. ”Terkadang kami berdua sempatkan untuk pergi makan berdua. Bagaimanapun, cara seperti itu amat terasa untuk menjaga kasih sayang. Tanpa komitmen dan kasih sayang, tentu kami tak akan bisa memelihara hubungan ini,” tambah Susy.

       Meskipun telah pensiun, Susy masih bisa menorehkan prestasi dengan menjadi manajer tim yang mengantarkan tim Piala Uber Indonesia menempati posisi runner up pada perebutan Piala Uber 2008 di Jakarta.

        Cinta ternyata juga dapat menjadikan sesuatu yang berprestasi dalam hal ini saya ambil kesimpulan mengenai dan mengambil contoh dalam kisah nyata adalah sepasang kekasih Alan Budi Kusuma dan Susi Susanty, mereka bukan hanya menjalin kasih dan sayang saja tetapi mereka juga membuat suatu prestasi yang membanggakan untuk indonesia. Dengan memberikan kemenangan mutlak atas indonesia melawan cina dalam olimpiade bulu tangkis dengan menyumbangkan medali emas untuk indonesia.
 
Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2010/10/24/13412667/susy-alan.soal.pacaran.dan.prestasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar